1. Membaca berulang-ulang
Cara belajar satu ini telah menjadi pedoman
umum. Membaca berulang kali dan menyoroti beberapa halpenting telah menjadi
bagian dari cara belajar di dunia.
Namun, terdapat sebuah laporan yang
diterbitkan dalam jurnal ilmiah Psychological Science di Public Interest yang
justru menunjukkan bahwa kedua strategi studi ini relatif tidak efektif.
Secara pasif membaca teks yang sama berulang
kali tidak akan membuat orang memahami atau mengingat kembali.
2. Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda
Banyak orang yang menganggap bahwa
masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Misalnya
ada siswa yang lebih mudah belajar secara visual (melihat), ada juga yang
gampang menerima informasi secara auditori (mendengarkan), tetapi ada pula
siswa yang kinestetik (praktik langsung).
Tetapi, The Guardian melaporkan, para
akademisi dari dunia ilmu saraf, pendidikan dan psikologi telah menyuarakan
keprihatinan mereka tentang popularitas pendekatan gaya belajar itu untuk
proses belajar-mengajar.
Studi sistematis tentang gaya belajar secara
konsisten tidak menemukan bukti untuk mendukung gagasan, bahwa mencocokkan
materi ilmu dengan gaya belajar siswa bisa lebih efektif.
3. Otak kanan dan otak kiri
Gagasan bahwa otak kanan dan otak kiri ini
telah menjadi mitos sejak lama. Teorinya, orang berotak kiri lebih logis,
analitis dan metodikal. Sedangkan orang yang berotak kanan lebih kreatif dan
artistik.
Tapi sebuah studi pada tahun 2013 yang dilakukan para ilmuwan dari University of Utah menunjukkan, lebih dari 1.000 otak dianalisis dan mereka tidak menemukan bukti bahwa ada orang yang secara khusus menggunakan otak belahan kiri atau kanan.
Memang benar bahwa otak kanan maupun kiri
memproses informasi yang berbeda dari belahan yang lain. Hal itu disebut dengan
lateralisasi. Tetapi, otak-otak itu tidak berjalan sendiri karena sesungguhnya
otak bekerja secara setara atau keseluruhan.
Selain itu, adalah fakta bahwa belahan otak
kita semuanya terhubung yang memungkinkan kita berpikir secara kreatif dan
analitis.
4. Kecerdasan itu bawaan sejak lahir
Mitos bahwa kecerdasan itu merupakan bawaan
sejak lahir juga menjadi populer dalam teori belajar. Banyak yang mempercayai
hal ini. Tetapi, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa IQ setiap
manusia dapat meningkat dari waktu ke waktu.
Psikolog Standford, Carol Dweck menunjukkan
bahwa keyakinan seseorang terhadap kecerdasan sendiri bisa mempengaruhi upaya
dan kinerja mereka. Dweck menyebut tidak ada yang namanya kecerdasan bawaan.
Yang ada adalah growth mindset (pola pikir berkembang) dan fixed mindset (pola
pikir tetap).
Contohnya, ada siswa growth mindset yang
mengetahui kalau matematika itu sulit. Dengan mengerjakannya, maka kemampuan
mereka akan meningkat. Sebaliknya, siswa fixed mindset merasa tidak bisa
mengerjakan soal matematika karena mereka telah menganggap diri mereka sendiri
tidak jago berhitung.
5. Memuji keberhasilan dapat memotivasi siswa
Banyak yang melakukan ini. Mereka acap kali memperlakukan
anak-anak, siswa maupun karyawan dengan pujian-pujian setiap kali berhasil
melakukan sesuatu. Tetapi, masih dari psikolog yang sama, Carol Dweck
menunjukkan bahwa pujian-pujian dapat benar-benar menjadi kontraproduktif.
Akibatnya, orang atau siswa enggan mengambil risiko.
Lalu, apa yang harus dipuji?
Psikolog Dweck menunjukkan, bahwa memuji
usaha dan ketekunan adalah cara yang jauh lebih baik untuk memotivasi orang
agar bekerja keras dan terus berkembang. Ini karena memuji usaha bisa membantu
mempromosikan gagasan bahwa kecerdasan itu bisa ditempa sekaligus menunjukkan
mencoba dan gagal adalah bagian dari proses pembelajaran.
Jadi, alih-alih takut membuat kesalahan,
siswa bisa melihat bahwa otak mereka itu sebenarnya seperti otot yang perlu diperkuat.
Kesalahan dapat benar-benar membantu mereka mencapai potensi mereka sepenuhnya.
6. Cara kilat menjadi pandai
Yang satu ini mungkin telah menjadi mitos
pembelajaran terbesar sepanjang masa. Teori adanya jalan pintas menuju
kepandaian itu bisa dimengerti. Soalnya, belajar itu adalah kerja keras,
sehingga orang-orang akan sangat senang bisa mengambil jalan pintas tersebut.
Namun, terlepas dari semua metode belajar
datang silih berganti, mulai dari konsentrasi sampai latihan otak dan praktik,
belajar akan selalu menjadi sebuah proses. Belajar akan selalu membutuhkan
waktu dan upaya. Dan pastinya akan terasa sulit dan tidak nyaman. Intinya
adalah, tidak ada jalan pintas menuju kepandaian.



No comments:
Post a Comment